Daftar Blog Saya

Selasa, 29 November 2011

laporan kandungan C-organik


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) and atmosfer. Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan manusia. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
     Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa adanya tanah mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, buah-buahan maupun kehutanan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistim bercocok tanam tanpa tanah, misalnya Hidroponik, Airoponik dan lain-lain, tetapi apabila usaha budidaya tanaman dalam skala luas masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan media tanah. Mengingat pentingnya peranan tanah dalam usahatani, maka pengelolaan tanah untuk usahatani haruslah dilakukan sebaik mungkin guna menjaga kesuburan tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman bisa optimal tentulah harus memiliki kandungan unsur hara yang cukup,mengandung banyak bahan organik yang menguntungkan.
Tanah yang semula subur dapat berkurang kualitasnya oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah dengan seringnya tanah tersebut dimanfaatkan tanpa mengalami proses istirahat. Dengan seringnya kita memanfaatkan tanah, maka unsur hara yang terkandung di dalamnyapun sedikit demi sedikit akan berkurang. Tanah yang subur dan mudah di olah sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
     Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik. Dimana kandungan c-organik merupakan unsure yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.
    
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
            Untuk mengetahui definisi C-Organik, karakter (rendah, sedang, tinggi) dari C-Organik dan fungsi pengukuran dari C-organik.
1.2.2 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari C-Organik, karakter (rendah, sedang, tinggi) dari C-Organik dan fungsi pengukuran dari C-organik.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Winarso, (2005) Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya.
Bahan organik  adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman  atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir. (Fadhilah, 2010)
Budidaya organik nyata meningkatkan kandungan karbon tanah. Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan organik akan meningkatkan kandungan karbon tanah. Tingginya karbon tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah,s ehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya (Utami dan Handayani, 2003).






Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan Asam Humat, Asam Fulfat, N Total, dan K tersedia
No.
Perlakuan
Asam humat (%)
Asam fulfat (%)
N total (%)
K tersedia (mg/100 gr)
1
Pertanian Organik 1
0,33 a
0,35 a
0,23 a
1,78 b
2
Pertanian Organik 2
0,24 d
0,31 b
0,21 cd
1,17 c
3
Pertanian Non organik 1
0,16 f
0,22 de
0,22 b
2,12 a
4
Pertanian Non organik 2
0,26 c
0,22 de
0,21 cd
0,83 d
5
Pertanian Non organik 3
0,26 c
0,17 f
0,19 e
0,66 e
6
Pertanian Non organik 4
0,17 e
0,25 c
0,17 f
0,60 f
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada
                    beda nyata dengan jenjang 95%
Kandungan c-organik menurut tipe fisiogami yakni kedalaman 0-10 cm memiliki kandungan C-organik 4 %, kedalaman 10-20 cm adalah 3,38 % dan kedalaman 20-30 cm adalah 2,52 % dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi II kedalaman 0-10 cm kandungan C-organik adalah 5,00 %, kedalaman 10-20 cm adalah 2,67 % dan kedalaman 20-30 adalah 2,38 % dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi III pada kedalaman 0-10 cm kandungan C-organik adalah 5,63 %, kedalaman 10-20 cm adalah 3,89 % dan kedalaman 20-30 cm adalah 3,56 % dengan harkat tinggi hingga sangat tinggi. kandungan C-organik cenderung menurun dengan semakin dalamnya tanah. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi bahan organik yang berasal dari dekomposisi seresah lebih banyak di bagian atas (supriono dkk, 2009). 





BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
            Pengambilan sampel dilaksanakan pada Hari Rabu, 23 November 2011. Tempat praktikum di Laboratorium Kimia Jurusan Tanah Fakultas Pertanian

3.1. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. kolorimeter
2. Labu ukur 100 ml
3. Pendingin
4. Pipet volume
5. Karet penghisap

3.2.2 Bahan
1. Sampel tanah kering angin
2. Asam sulfat pekat
3. Kalium dikromat 2 N
4. H2O

3.3 Cara Kerja
1.    Menimbang 0,5 g contoh tsnsh ukuran < 0,5 mm, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
2.    Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 2N, lalu kocok. Tambahkan 7,5 ml H2So4 pekat, kocok dan diamkan selama 30 menit.
3.    Encerkan dengan air murni, dinginkan dan impitkan.
4.    Keesokan harinya ukur extensionnya dengan kolorimeter dengan panjang gelombang 561 nm
5.    Untuk pembanding, buat deret standart 0-250 ppm, dengan interval 50 ppm, sehingga diperoleh deret 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, dan 250 ppm.
6.    Langkah untuk memperoleh deret tersebut, gunakan pipet untuk mengukur 0; 0,5; 1; 2; 3; 4; dan 5 ml dari standar 5000 ppm glukosa 5000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dengan tiap deret sendiri-sendiri dan diperlakukan sam dengan pengerjaan contoh yaitu ditambahkan K2Cr2O7 2N lalu kocok.
7.    Menambahkan 7,5 ml H2So4 pekat, kocok dan diamkan selama 30 menit.
8.    Mengencerkan dengan air murni, dinginkan dan impitkan untuk masing-masing deret.


BAB 4. PEMBAHASAN

4.1  Definisi C-Organik
      Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, di  rombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air (Anonim, 2010).
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya (Nabilussalam, 2010).
Terdapat beberapa pengertian mengenai c-organik yakni C-Organik (Bahan organik) merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. C-Organik juga merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Triesia, 2011).

4.2  Karakter C-Organik
Tanah Titik I memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan Titik II. Hal ini terjadi karena Titik I merupakan Titik permukaan, dimana pada Titik ini tidak terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan tingginya bahan organik yang dikandungnya dan selain itu proses humufikasi berlangsung pada Titik ini. Kandungan bahan organik tertinggi adalah tanah berada pada Titik I, karena adanya proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang mati dan berakumulasi diTitik ini.
Tanah Titik II, memiliki kandungan bahan organik yaitu 0,0879 %,ini menunjukkan kandungan bahan organiknya lebih rendah daripada Titik I. Hal ini terjadi karena pada Titik II tidak terdapat humus, dimana humus ini merupakan polimer dari bahan organik. Lagipula Titik II bukan merupakan Titik permukaan. Tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah Titik atas atau top soil, karena semakin ke bawah suatu Titik tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras.
Titik III memiliki kandungan bahan organik lebih rendah dibandingkan Titik I, II. Hal ini terjadi karena Titik III merupakan Titik paling dalam dimana semakin dalam tanah semakin kurang kandungan bahan organiknya. Hal ini juga disebabkan karena tingginya kandungan liat tanah Titik terdalam. Karena terjadi pencucian dan akibatnya bahan organiknya kurang tersedia. Jumlah kandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor kedalaman tanah dan tekstur tanah itu, dan semakin tinggi kandungan liat suatu Titik tanah maka semakin rendah kandungan bahan organiknya. Semakin dalam suatu Titik tanah dan semakin tinggi kandungan liatnya maka kandungan bahan organiknya semakin rendah pula.
Kandungan c-organik pada setiap tanah bervariasi, mulai dari kurang dari 1% pada tanah berpasir, sampai lebih dari 20% pada tanah yang berlumpur. Warna tanah menunjukkan kandungan c-organik tanah tersebut. Tanah yang berwarna hitam kelam mengandung C-organik lebih tinggi. Makin cerah warna tanah kandungan C-organik makin rendah (Darliana, 2011)

4.3  Fungsi C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 2009).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim 2009).

4.4 Analisis Data
            Hasil penelitian mengenai kandungan kimia tanah uang meiliputi kadar air dan c-organik, dapat diketahui mengenai kadar air dan c-organik tanah sawah, tanah tegalan, tanah agrotechno park dan tanah tererosi. Tanah sawah memiliki kandungan kadar air sebesar 33,6% dan c-organik 0,03%. Tanah tegalan memiliki kandungan kadar air sebesar 24% dan c-organik sebesar 0,03%. Sedangkan untuk tanah agrotechno park memiliki kadar air sebesar 25% dan c-organik 0,03%. Dan untuk tanah tererosi kadar air 6,2% dan c-organik 0,02%.
            Perhitungan tersebut didapat dari hasil pengovenan sampel masing-masing jenis tanah. Kemudian sampel yang telah dioven dihitung berdasarkan berat pinggan (wadah sampel), dan berat tanah awal.

4.5 Rekomendasi Dari Hasil Analisis
            Jika kita berupaya untuk menyehatkan kembali di posisi ideal C-Organik minimal yaitu di atas 3 % dibutuhkan pupuk organik yang terfermentasi dengan baik dengan kadar C-Organik yang tinggi. Hal ini butuh volume kubikasi atau tonase yang sangat banyak jumlahnya, untuk memenuhi kebutuhan NPK. Guna menekan tonase pupuk organik tetapi tetap upaya organik maka dibutuhkan pupuk hayati sebagai penambat nitrogen, pelarut phospat dan kalium. Penggunaan pupuk hayati tersebut dapat mempercepat penyehatan lahan pertanian. Pupuk hayati yang mengandung bakteri seperti Azospirrilum, Azoctobacter, Rhizobium dll merupakan pupuk yang mampu menambat nitrogen yang berlimpah ruah di alam bebas yaitu 79%. Phospat dan kalium sangat berlimpah ruah di lahan. Hanya 30 % saja dari pupuk phospat dan kalium yang kita tebar yang larut termanfaatkan oleh tanaman. Sisanya menjadi deposito kita dan sekarang tiba saatnya untuk dinikmati melalui pemakaian pupuk hayati pelarut phospat dan kalium yang mengandung bakteri Pseudomonas, Bacillus dan lain-lain.
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan dan Saran
5.1.1 Kesimpulan
            Dari keempat jenis sampel tanah (tanah sawah, tanah tegalan, tanah agrotchno park dan tanah tererosi), merupakan jenis tanah yang memiliki kandungan c-organik kurang ideal (5%). Rata-rata kandungan c-organik dari 4 jenis tanah adalah 0.03%. Sebagai pereaksi untuk mengetahui c-organik digunakan larutan Asam sulfat pekat dan kalium dikromat 2N.

5.1.2 Saran
            Untuk menghasilkan suatu produk pertanian yang maksimal perlu juga memperhatikan kandungan c-organik dalam tanah, agar dapat diketahui tanaman yang cocok, dak kapan melakukan pergiliran tanaman untuk menjaga kadar         c-organik dalam tanah.




DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Malang. FPUB.

Anonim. 2009. Sifat Kimia Tanah. [on line] http://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-kimia-tanah/. Minggu, 27-11-2011

Darliana, 2011. Pengaruh Jenis Bokasi Terhadap Bobot Isi, C-organik, dan KTK Tanah, Serta Hasil Daun Teh pada Andosols Asal Gambung. [on line] http://p4tkipa.org/lihat.php?id=ARTIKEL&hari=UMUM&%20tanggal=1&%20bulan=Pebruari%20&%20oleh=Darliana. Senin, 28-11-2011.

Fadhilah. 2010. Pengertian tanah bertalian. [on line] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20172/3/Chapter%20II.pdf. Minngu, 27-11-2011

Utami, S.N., dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik.Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69

Nabilussalam. 2011. C-Organik Dan Pengapuran. Malang. Pesantren Luhur Malang.

Supryono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik Dan N-Total Pada Seresah Dan Tanah Pada 3 Tipe Fisiognomi (Studi Kasus Di Wanagama I, Gunung Kidul, Diy). Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 p: 49-57

Triesia, 2011. Pengertian C-Organik. [on line] http://blog.ub.ac. id/yurike/2011/05/01/c-organik/. Minggu, 27-11-2011

Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah.. Yogyakarta; GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS.


             

1 komentar: